Mengenal 6 Ingkel dalam Kalender Bali: Makna, Pantangan, dan Filosofinya

 Mengenal 6 Ingkel dalam Kalender Bali: Makna, Pantangan, dan Filosofinya

6 Ingkel dalam Kalender Bali/ ortibali

DENPASAR, ORTIBALI.COM – Dalam budaya Bali, terdapat banyak ajaran yang menuntun kehidupan masyarakat agar tetap selaras dengan alam dan sesama. Salah satu konsep penting yang diwariskan secara turun-temurun adalah Ingkel yang ada di kalender Bali. Ingkel adalah  siklus pantangan yang berlangsung selama 42 hari, di mana setiap siklus dibagi menjadi enam kategori dengan pantangan spesifik yang harus dihindari selama tujuh hari. Konsep ini dipercaya membawa keseimbangan dalam kehidupan dan menjaga keharmonisan dengan lingkungan sekitar.

1. Ingkel Wong – Menjaga Hubungan Baik dengan Sesama

Pantangan: Menghindari tindakan yang menyakiti atau merugikan orang lain.

Dalam siklus Ingkel Wong, masyarakat Bali diajarkan untuk lebih menjaga interaksi dengan sesama manusia. Menghindari konflik, pertikaian, serta segala bentuk perbuatan yang dapat melukai perasaan atau fisik orang lain adalah nilai utama dalam ajaran ini. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan kehidupan sosial tetap harmonis dan damai.

2. Ingkel Sato – Perlindungan terhadap Hewan Ternak

Pantangan: Tidak boleh menyakiti hewan berkaki empat seperti sapi, kerbau, dan kambing.

Hewan ternak memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Bali, baik sebagai sumber pangan maupun tenaga kerja dalam pertanian. Oleh karena itu, Ingkel Sato mengajarkan untuk menghormati dan merawat hewan-hewan ini dengan baik, sebagai wujud rasa syukur atas manfaat yang mereka berikan.

3. Ingkel Mina – Menghargai Kehidupan di Air

Pantangan: Dilarang menyakiti ikan atau makhluk air lainnya.

Ingkel Mina berfokus pada kelestarian ekosistem air. Ikan dan biota air lainnya harus dijaga agar keseimbangan alam tetap terpelihara. Konsep ini mengingatkan masyarakat Bali untuk tidak serakah dalam eksploitasi sumber daya air dan memastikan kelestariannya bagi generasi mendatang.

4. Ingkel Manuk – Menyayangi Unggas dan Burung

Pantangan: Tidak boleh menyakiti unggas seperti ayam dan burung.

Unggas memiliki peranan penting dalam ekosistem serta kehidupan manusia. Dalam siklus Ingkel Manuk, masyarakat diingatkan untuk lebih menghargai keberadaan unggas dan burung sebagai bagian dari keseimbangan alam.

5. Ingkel Taru – Pelestarian Pohon dan Hutan

Pantangan: Dilarang menebang atau merusak pohon dan kayu.

Pohon adalah sumber kehidupan yang memberikan oksigen, tempat tinggal bagi makhluk hidup, serta menjaga keseimbangan ekosistem. Dalam siklus Ingkel Taru, masyarakat diajarkan untuk menjaga kelestarian hutan dan tidak merusak pepohonan demi kepentingan pribadi.

6. Ingkel Buku – Menjaga Tanaman Beruas

Pantangan: Tidak boleh menebang atau merusak tanaman beruas seperti bambu, tebu, dan rotan.

Tanaman beruas memiliki banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai bahan bangunan, peralatan rumah tangga, maupun upacara adat. Oleh sebab itu, Ingkel Buku menekankan pentingnya menjaga tanaman ini agar tetap lestari dan bisa digunakan oleh generasi mendatang.

Makna Mendalam di Balik Konsep Ingkel

Penerapan siklus Ingkel dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sebuah bentuk penghormatan terhadap alam dan sesama makhluk hidup. Dengan memahami dan menerapkan konsep ini, masyarakat Bali menjaga keseimbangan spiritual, sosial, dan ekologis. Ini merupakan bukti nyata bagaimana budaya Bali menjunjung tinggi prinsip harmoni dan keberlanjutan dalam kehidupan modern.

Konsep Ingkel juga relevan dengan gerakan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial di era sekarang. Dengan terus menerapkan ajaran ini, masyarakat Bali tidak hanya melestarikan budaya leluhur, tetapi juga turut berkontribusi dalam menjaga bumi tetap lestari. ***

ikuti kami di Google News

Related post