🔥 Tag Populer 24 Jam

balihindudewasa ayuhari baikbanten

🕒 Pencarian Terakhir

🔍
[menu_topik_slider]
Tayang: Selasa, 19 Agustus 2025 11:32 WITA
Penulis: Orti Bali | Editor: Bram Subali

ORTIBALI.COM – 

Di setiap Sanggah Kamulan, terdapat sebuah pelinggih yang dikenal sebagai Taksu, sebuah elemen penting dalam tradisi spiritual Bali. Kata taksu telah menjadi bagian dari kosa kata Bali yang berarti daya magis atau energi khusus yang membawa keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti seni, pengobatan tradisional, dan kepemimpinan. Misalnya, seorang seniman seperti dalang atau penari yang tampil memukau sering disebut mataksu, menandakan kehadiran daya spiritual yang istimewa.

Makna Taksu dalam Ajaran Tantrayana

Dalam ajaran Tantrayana, taksu memiliki makna yang sejajar dengan sakti atau wisesa. Sakti merujuk pada kekuatan atau energi yang menjadi simbol bala (daya). Dalam konteks ini, sakti juga bisa diartikan sebagai energi atau kala, yang menjadi pendorong utama dalam proses penciptaan alam semesta. Menurut ajaran Tattwa, sakti termasuk dalam kategori Maya Tattwa, yaitu energi ilahi yang berasal dari Brahman.

Dalam bahasa Sansekerta, energi ini disebut prana, yang dianggap sebagai ciptaan pertama dari Brahman. Melalui prana, terciptalah Panca Mahabhuta (lima elemen dasar) yang menjadi dasar pembentukan alam semesta dan makhluk hidup secara evolusioner. Dalam sistem Siva Tattwa, Tuhan dalam wujud Nirguna Brahma atau Paramasiva memanfaatkan sakti ini untuk menjadi Maha Kuasa, memiliki Cadu Sakti dan Asta Aisvarya (delapan sifat keagungan). Dalam keadaan ini, Tuhan berperan sebagai Maha Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur, yang dalam ajaran Wrhaspati Tattwa disebut Sadasiva Tattwa dan dalam filsafat Vedanta dikenal sebagai Saguna Brahma.

Taksu dan Pemujaan di Sanggah Kamulan

Dalam tradisi Bali, pemujaan di Sanggah Kamulan tidak hanya ditujukan kepada Sanghyang Tri Purusa atau Tri Atma, tetapi juga kepada sakti atau Maya melalui pelinggih Taksu. Dalam upacara nyekah, selain sekah yang melambangkan jiwa (atma) yang disucikan, terdapat pula Sangge, yang menurut almarhum Ida Pedanda Putra Manuaba, melambangkan Dewi Mayasih. Dewi Mayasih ini mewakili unsur Maya Tattwa atau sakti, yang turut disucikan bersama atma dalam upacara tersebut.

Dalam ajaran kandapat, dikenal konsep saudara empat, yang setelah proses penyucian diberi nama seperti Ratu Nyoman Sakti Pangadangan, yang dianggap sebagai perwujudan dewaning taksu. Dalam upacara Ngunggahang Dewapitara, unsur sakti yang telah disucikan diyakini disthnakan di pelinggih Taksu. Di sini, sakti dari jiwa individu menyatu dengan sakti dari Hyang Tripurusa, sementara jiwa itu sendiri menyatu dengan Hyang Tripurusa di Sanggah Kamulan. Dengan demikian, pemujaan di Sanggah Kamulan menjadi lengkap, mencakup Tuhan Tripurusa beserta sakti-nya.

Fungsi Pelinggih Taksu

Pelinggih Taksu memiliki peran khusus sebagai tempat memohon kesiddhian atau keberhasilan dalam berbagai profesi, seperti seniman, pedagang, petani, hingga pemimpin masyarakat. Pelinggih ini menjadi simbol harapan akan keberhasilan yang didukung oleh kekuatan spiritual. Dengan memahami makna taksu, kita dapat menghargai bagaimana tradisi Bali mengintegrasikan dimensi spiritual dan praktis dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan taksu sebagai jembatan antara usaha manusia dan restu ilahi.

***