🔥 Tag Populer 24 Jam

balihindudewasa ayuhari baikbanten

🕒 Pencarian Terakhir

🔍
[menu_topik_slider]
Tayang: Rabu, 30 April 2025 09:17 WITA
Penulis: Widyawati | Editor: Bram Subali

ORTIBALI.COM – Umat Hindu ketika rahinan Kuningan biasanya melaksanakannya sebelum jam 12 siang, ternyata ada alasan di baliknya. Hari Kuningan, salah satu perayaan penting dalam tradisi Hindu di Bali, selalu menyimpan makna mendalam yang sarat akan nilai filosofis.

Salah satu tradisi yang dipegang teguh oleh umat Hindu adalah menyelesaikan upacara dan sembahyang sebelum tengah hari, tepatnya sebelum pukul 12.00 siang.

Aturan ini bukan sekadar mitos, melainkan memiliki dasar kuat yang berakar dari kepercayaan, ajaran agama, dan nilai kehidupan. Lantas, apa alasan di balik tradisi ini? Mengapa waktu menjadi elemen penting dalam perayaan Kuningan?

Ajaran dari Lontar Sundarigama

Berdasarkan lontar Sundarigama, sebuah naskah kuno yang menjadi pedoman dalam tradisi Hindu Bali, disebutkan bahwa para dewa dan roh leluhur hadir di dunia nyata (sekala) sejak Hari Galungan dan akan kembali ke alam niskala (tak kasat mata) pada pagi hari Kuningan, sebelum tengah hari atau yang dikenal sebagai tengai tepet.

Oleh karena itu, umat Hindu dianjurkan untuk menyelesaikan semua upacara, termasuk mebanten (persembahan), sebelum waktu tersebut. Tradisi ini mencerminkan ketaatan terhadap tatanan kosmik dan penghormatan kepada leluhur serta ida bhatara-bhatari.

Penjelasan dari Sulinggih

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, seorang sulinggih dari Sesetan, Denpasar, memberikan pencerahan lebih lanjut tentang makna tradisi ini. Dalam wawancaranya, beliau menjelaskan bahwa kehadiran ida bhatara-bhatari tidak dimulai pada pagi hari Kuningan, melainkan sudah ada sejak Galungan. “Mereka hadir sejak Galungan dan akan kembali ke alam niskala pada pagi hari Kuningan, sebelum tengah hari,” ungkapnya.

Menurut beliau, aturan untuk menyelesaikan upacara sebelum tengah hari bukan hanya soal waktu, tetapi juga mengandung nilai filosofis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Tradisi ini mengajarkan umat Hindu untuk selalu sigap, disiplin, dan tidak menunda-nunda pekerjaan. “Jika kita ingin mempertahankan kemenangan Dharma atas Adharma, kita harus rajin berusaha dan tidak bermalas-malasan,” tegas mantan dosen Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar ini.

Filosofi Kehidupan di Balik Kuningan

Lebih dari sekadar ritual, Hari Kuningan mengajarkan pentingnya memanfaatkan waktu dengan bijak. Dalam pandangan Ida Rsi, menunda-nunda pekerjaan atau bersikap malas dapat membuat seseorang tertinggal—baik dalam hal waktu, kesempatan, maupun rezeki. “Lakukanlah segala sesuatu sedini mungkin agar tidak terlambat dan tidak ditinggalkan oleh waktu,” pesannya.

Filosofi ini sejalan dengan semangat untuk selalu berada di garis depan dalam menjalani kehidupan. Dengan kata lain, Kuningan mengingatkan umat Hindu untuk menjadi pribadi yang proaktif, disiplin, dan penuh semangat dalam mengejar kebaikan. Nilai ini tidak hanya berlaku dalam konteks spiritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam pekerjaan, pendidikan, dan hubungan sosial.

Warisan Budaya yang Tetap Relevan

Hingga kini, tradisi menyelesaikan upacara Kuningan sebelum tengah hari masih dipegang teguh oleh masyarakat Hindu, khususnya di Bali. Warisan budaya ini bukan hanya soal menjalankan ritual, tetapi juga tentang memahami makna mendalam di baliknya. Hari Kuningan menjadi pengingat bahwa kemenangan Dharma atas Adharma hanya dapat diraih dengan usaha, ketekunan, dan kedisiplinan.

Seperti yang ditekankan oleh Ida Rsi, “Janganlah kita malas. Jadilah orang yang selalu di depan, agar Dharma tidak dikalahkan oleh Adharma.” Pesan ini menjadi semangat yang relevan, tidak hanya bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga untuk siapa saja yang ingin menjalani hidup dengan penuh makna dan tujuan.

Dengan memahami makna Hari Kuningan, kita diajak untuk menghargai waktu, menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Tradisi ini bukan hanya warisan budaya, tetapi juga cerminan nilai-nilai universal yang dapat menginspirasi semua orang.

***