🔥 Tag Populer 24 Jam

balihindudewasa ayuhari baikdoa

🕒 Pencarian Terakhir

🔍
[menu_topik_slider]
Tayang: Senin, 18 Agustus 2025 06:42 WITA
Penulis: Orti Bali

ORTIBALI.COM – Setiap 210 hari sekali, umat Hindu di Bali merayakan hari suci Buda Wage Wuku Kelawu, sebuah momen istimewa untuk memuja Sang Hyang Rambut Sedana, manifestasi Hyang Widhi sebagai Dewa Kesejahteraan atau Dewa Uang. Hari suci ini, yang jatuh setiap enam bulan berdasarkan perhitungan pawukon, menjadi waktu untuk menghormati simbol kemakmuran melalui ritual yang sarat makna.

Pemujaan kepada Sang Hyang Rambut Sedana dilakukan di berbagai tempat suci, mulai dari pemerajan keluarga, Pura Kahyangan Tiga di desa pakraman, hingga Pura Kahyangan Jagat. Ritual ini mengacu pada ajaran dalam Lontar Sundarigama, yang menyebutkan Buda Wage sebagai saat untuk memuja Sang Hyang Manik Galih, simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Dalam tradisi Bali, Manik Galih dianggap sebagai perwujudan Dewi Uang yang memberikan berkah kepada para pemujanya.

“Bude wage, ngaraning Bude cemeng, kalingania adnyane sukseme pegating indria, betari manik galih sire mayoge, nurunaken Sang Hyang Ongkare mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawe kene ring seri nini kunang duluring diane semadi ring latri kale.”

Artinya, pada hari Buda Wage atau dikenal sebagai Buda Cemeng, umat memusatkan pikiran untuk menenangkan indra, memuja Betari Manik Galih yang sedang beryoga, serta menurunkan Sang Hyang Ongkara Merta di sanggah atau tempat pemujaan. Ritual ini diawali dengan diana (persembahan) dan semadi (meditasi) pada sore menjelang malam, sebagai wujud penghormatan kepada Dewi Seri, dewi kemakmuran.

Makna Pemujaan Buda Wage Kelawu

Inti dari hari suci Buda Cemeng Kelawu adalah memuja Tuhan dalam wujudnya sebagai Dewa Kesejahteraan. Di Bali, khususnya di kawasan timur, para pelaku usaha ekonomi kerap menghaturkan banten (sesajen) di tempat usaha mereka sebagai bentuk doa kepada Sang Hyang Rambut Sedana. Harapannya, usaha mereka berjalan lancar dan mendatangkan keuntungan.

Tak hanya itu, umat Hindu juga menghaturkan banten di tempat penyimpanan uang sebagai wujud syukur atas arta (kekayaan) yang telah diperoleh, berapapun jumlahnya. Ritual ini mencerminkan rasa terima kasih atas rezeki yang diberikan, sekaligus doa agar keberkahan terus mengalir. Selain itu, dana punia atau sumbangan untuk kegiatan kemanusiaan juga menjadi salah satu cara umat Hindu Bali mengekspresikan rasa syukur di hari suci ini.

Piodalan dan Perayaan Lain

Hari Buda Cemeng Kelawu juga bertepatan dengan Piodalan di Pura Dalem Ped dan beberapa pura lainnya di Indonesia. Perayaan ini menambah kekhidmatan momen suci, di mana umat berkumpul untuk berdoa dan memohon keberkahan.

Hari suci ini bukan sekadar ritual, melainkan pengingat untuk selalu bersyukur atas rezeki yang dimiliki dan berbagi kebaikan dengan sesama. Dengan memuja Sang Hyang Rambut Sedana, umat Hindu Bali berharap terus dibimbing menuju jalan kemakmuran dan kesejahteraan.

***