Penulis: Febrianti Saraswati | Editor: Putu Linggih

📷ilustrasi umat Hindu sedang melaksanakan persembahyangan/ ortibali
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Setiap bulan, umat Hindu Bali menyambut Hari Raya Purnama dengan penuh suka cita. Khususnya pada Purnama Sasih Desta, yang jatuh pada bulan keduabelas dalam penanggalan Bali, perayaan ini menjadi momen sakral untuk memuja Sang Hyang Candra, dewa bulan yang melambangkan kesucian dan pencerahan. Purnama, yang dirayakan saat bulan purnama atau sukla paksa, bukan sekadar peristiwa astronomis, melainkan wujud spiritual yang mengajak umat untuk mendekatkan diri pada keilahian.
Makna Purnama dalam Lontar Sundarigama
Menurut Lontar Sundarigama, Purnama adalah payogan atau saat istimewa bagi Sang Hyang Candra. Dalam teks kuno ini disebutkan:
Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga.
Artinya, Purnama dan Tilem adalah hari-hari penyucian bagi Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu Dewa Matahari dan Dewa Bulan. Saat Purnama, Sang Hyang Wulan (Candra) beryoga, sementara pada Tilem, giliran Sang Hyang Surya yang menjadi pusat pemujaan. Ritual ini mengajarkan keseimbangan antara dua energi ilahi yang saling melengkapi.
Lontar Sundarigama juga menegaskan bahwa Purnama adalah waktu untuk menyucikan diri secara lahir dan batin. Umat dianjurkan mempersembahkan canang wangi-wangi dan canang yasa sebagai wujud bhakti kepada para dewa. Pemujaan dilakukan di Sanggah (merajan) dan Parahyangan, diikuti dengan permohonan tirta suci untuk membersihkan jiwa. Lebih dari itu, Purnama menjadi saat yang tepat untuk melaksanakan dana punia, yaitu sedekah yang mencerminkan kemurahan hati.
Dana Punia: Sedekah yang Membawa Kebaikan
Filosofi sedekah atau dana punia mendapat tempat khusus dalam perayaan Purnama. Dalam Sarasamuscaya 170, disebutkan:
Amatsaryam budrih prahurdanam dharma ca samyamam, wasthitena nityam hi tyage tyasadyate subham.
Artinya, sedekah adalah perwujudan sifat tidak iri hati dan komitmen pada kebajikan (dharma). Dengan melaksanakan dana punia secara konsisten, seseorang akan memperoleh keselamatan dan keberkahan, setara dengan amal yang berlimpah.
Sementara itu, Bhagawad Gita XVII.25 menegaskan:
Tat ity anabhisanshaya phalam yajna-tapah-kriyah, dana-kriyas ca vividhah kriyante moksa-kansibhih.
Dengan mengucapkan “Tat” tanpa mengharapkan imbalan, berbagai bentuk yajna, tapabrata, dan dana punia dilakukan oleh mereka yang mendambakan moksa atau kebebasan spiritual. Pesan ini mengingatkan bahwa sedekah harus lahir dari hati tulus, bukan sekadar kewajiban.
Ritual Purnama Sasih Desta: Pemujaan dan Penyucian
Pada Purnama Sasih Desta, umat Hindu Bali juga melakukan pemujaan khusus kepada Bhatara Kawitan di sanggah kembulan. Ritual ini memperkuat ikatan spiritual dengan leluhur, sekaligus menjadi wujud syukur atas kehadiran bulan purnama yang menerangi jiwa.
Prosesi ritual biasanya melibatkan persembahan bunga, wewangian, dan canang sebagai simbol kesucian. Setelah pemujaan, umat memohon tirta gocara untuk menyucikan diri. Suasana khidmat ini tidak hanya mempererat hubungan dengan Sang Hyang Candra, tetapi juga mengajak umat untuk merenungi makna hidup yang lebih dalam.
Mengapa Purnama Penting untuk Kehidupan Spiritual?
Purnama bukan sekadar perayaan, tetapi juga pengingat akan pentingnya keseimbangan dan kesucian dalam kehidupan. Melalui ritual penyucian, pemujaan, dan sedekah, umat diajak untuk menjaga harmoni antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Hari Raya Purnama menjadi momen refleksi untuk hidup lebih bermakna, berbagi kebaikan, dan mendekatkan diri pada keilahian.
Dengan mengikuti ajaran Lontar Sundarigama dan nilai-nilai dalam Sarasamuscaya serta Bhagawad Gita, Purnama Sasih Desta menjadi perayaan yang kaya akan makna spiritual. Mari sambut setiap Purnama dengan hati terbuka, penuh bhakti, dan semangat berbagi.
***