
📷don kayu sugih/ google maps/ ortibali
Penulis: Orti Bali | Editor: Bram Subali
ORTIBALI.COM – Di Bali, tanaman yang dikenal sebagai don kayu sugih memiliki tempat istimewa dalam budaya dan kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia, tanaman ini disebut daun suji, dengan nama ilmiah Pleomele angustifolia N.E. Brown. Apa yang membuat tanaman ini begitu istimewa? Mari kita jelajahi kegunaannya, dari peran dalam tradisi hingga khasiatnya sebagai obat tradisional dan pewarna alami.
Peran Daun Suji dalam Tradisi Bali
Daun suji adalah elemen penting dalam berbagai ritual di Bali. Daunnya sering digunakan sebagai bagian dari banten tukon, penjor, banten durmanggala agung, hingga negtegang. Mengapa daun ini begitu sering dipilih? Karena selain mudah ditemukan, daun suji memiliki makna simbolis dan estetika yang mendukung kelengkapan upacara adat Bali.
Pewarna Alami untuk Kuliner
Selain nilai budayanya, daun suji juga dikenal sebagai pewarna makanan alami. Di Bali, daun ini sering digunakan untuk memberikan warna hijau alami pada tape ketan atau tape beras. Prosesnya sederhana: daun suji diolah untuk menghasilkan ekstrak hijau yang aman dan alami, menjadikan makanan tidak hanya lezat tetapi juga menarik secara visual. Bagaimana cara daun ini bisa menghasilkan warna yang begitu khas? Kandungan pigmen alami dalam daun suji adalah kuncinya.
Khasiat Obat Tradisional
Daun suji tidak hanya berperan dalam budaya dan kuliner, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan yang signifikan. Daun dan akarnya mengandung senyawa seperti saponin dan flavonoid, yang dikenal memiliki sifat farmakologis. Berikut adalah beberapa manfaat kesehatan dari daun suji:
1. Mengatasi Disentri dan Beri-beri
Untuk mengobati disentri atau beri-beri, ambil 20 gram daun suji segar, cuci bersih, lalu rebus dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sekali sehari. Proses ini memanfaatkan sifat dingin dan tidak pahit dari daun suji, yang membantu meredakan gejala.
2. Mengobati Kencing Nanah
Dengan metode serupa, daun suji juga dapat digunakan untuk mengatasi kencing nanah. Rebus 20 gram daun suji segar dengan satu gelas air hingga tersisa setengah gelas. Minum ramuan ini dua kali sehari, masing-masing setengah gelas, setelah didinginkan dan disaring.
3. Meredakan Nyeri Haid
Bagi yang mengalami nyeri haid, rebusan daun suji juga bisa menjadi solusi. Caranya sama: rebus 20 gram daun suji dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas, saring, lalu minum sekali sehari. Metode ini sederhana namun efektif, berkat sifat alami daun suji.
4. Mengatasi Nyeri Lambung
Bagian akar daun suji juga bermanfaat, terutama untuk nyeri lambung. Rebus 20 gram akar suji segar dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Minum ramuan ini dua kali sehari, masing-masing setengah gelas, setelah disaring.
5. Penawar Racun
Sebagai penawar racun, akar daun suji digunakan dengan cara merebus 20 gram akar segar dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Minum ramuan ini sekali sehari setelah didinginkan dan disaring.
Karakteristik dan Perawatan Tanaman
Daun suji termasuk tanaman perdu dengan tinggi mencapai 4 meter. Batangnya tegak, berkayu, dan beralur melintang, sementara daunnya berbentuk lanset dengan ujung runcing. Bunga tanaman ini berwarna putih keunguan, tersusun dalam tandan di ujung cabang.
Bagaimana cara menanamnya? Daun suji dapat diperbanyak melalui biji, cangkok, atau okulasi, dengan okulasi menjadi metode yang paling disarankan. Tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Perawatan daun suji cukup mudah. Pastikan tanah tetap lembap dengan penyiraman yang cukup, berikan pupuk organik secara berkala, dan tempatkan di lokasi yang sedikit terlindung dari sinar matahari langsung. Dengan perawatan yang tepat, tanaman ini dapat tumbuh subur dan memberikan manfaat maksimal.
Mengapa Daun Suji Penting?
Daun suji bukan sekadar tanaman biasa. Dari perannya dalam tradisi Bali, kegunaannya sebagai pewarna alami, hingga khasiatnya sebagai obat tradisional, tanaman ini menunjukkan betapa kaya warisan pengetahuan lokal. Dengan memahami manfaatnya, kita bisa lebih menghargai tanaman ini dan memanfaatkannya secara bijak.
***