Penulis: Putu Linggih | Editor: Putu Linggih

📷Ilustrasi umat Hindu tengah berjalan di atanra Penjor Galungan/ ortibali
ORTIBALI.COM – Tilem Sasih Kedasa tahun 2025 bertepatan dengan Rahina Ulihan, sehingga masyarakat Hindu di Bali khususnya sekaligus melaksanakan 2 upakara. Tentu ini menjadi spesial mengingat keduanya adalah rahinan sakral. Lantas apa yang haru dilakukan ketika Tilem Kedasa bertemu dengan rahina Ulihan?
Rahina Ulihan
Rahinan Ulihan, meskipun jarang dirayakan, memiliki makna yang mendalam dalam tradisi umat Hindu, khususnya di Bali. Secara sederhana, Ulihan adalah bagian dari rangkaian perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Meski berlangsung setelah Galungan dan Kuningan, Ulihan sering kali terlewatkan dalam perayaan umum. Pada hari ini, umat Hindu merayakan kembalinya para Dewata ke Khayangan.
Secara harfiah, kata “Ulihan” berasal dari istilah “kembali”, yang merujuk pada keyakinan bahwa pada hari ini, para Dewata kembali ke alam kehadiran mereka di Khayangan setelah berkeliling di bumi. Inilah momen untuk melakukan persembahyangan dan menghaturkan doa kepada Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya.
Menurut Buku Hari Raya Galungan karya Ni Made Sri Arwati, Ulihan merupakan puncak dari rangkaian perayaan Galungan-Kuningan yang memfokuskan penghormatan kepada para Dewata. Umat Hindu akan memberikan persembahan, yang dalam tradisi Bali biasanya berupa banten seperti canang raka dan soda. Banten ini kemudian dipersembahkan di Sanggah Kemulan, sebagai bentuk permohonan keselamatan.
Setelah perayaan Ulihan, umat Hindu merayakan Soma Klieon Wuku Kuningan, yang dikenal sebagai Soma Pemacekan Agung. Inilah saat untuk melanjutkan doa dan permohonan kesejahteraan, baik secara fisik maupun spiritual.
Tilem Kedasa
Di luar Ulihan, Bali juga mengenal Tilem Kedasa, yang jatuh setiap 30 hari sekali, dan merupakan salah satu hari yang dianggap sangat sakral. Tilem Kedasa, yang pada tahun 2023 jatuh pada Kamis, 19 April, disebut sebagai puncak dari semua hari Tilem. Tilem adalah hari yang juga dikenal sebagai bulan mati, yaitu saat fase bulan yang tidak tampak di langit. Keberadaannya memiliki dimensi spiritual yang sangat dalam.
Menurut Lontar Sundarigama, Tilem dianggap sebagai masa transisi dari kegelapan menuju terang. Pada hari ini, umat Hindu percaya bahwa Dewa Surya tengah melaksanakan payogan, atau meditasi, sebagai simbol dari penyucian diri dan alam semesta. Sehingga, Tilem Kedasa menjadi waktu yang tepat untuk melakukan peleburan dosa dan penyucian diri melalui upacara panglukatan atau melukat.
Penyucian diri ini dipercaya dapat membawa kedamaian batin dan kesehatan fisik. Tidak jarang, umat Hindu memilih Tilem Kedasa untuk membersihkan diri dari energi negatif dan memperbaiki hubungan spiritual dengan alam semesta. Selain itu, Tilem juga dikaitkan dengan kisah Panca Pandawa, yang melakukan perjalanan untuk mencari penyucian diri.
Salah satu aspek penting dari Tilem Kedasa adalah penggunaan sesajen. Sesajen yang dipersembahkan pada hari ini biasanya berupa sesayut widyadhari, yang merupakan simbol pengetahuan dan keahlian. Wangi-wangian juga sering ditambahkan, memperkaya makna dari persembahan tersebut. Sesajen ini bukan hanya sekadar benda, tetapi juga memiliki arti mendalam dalam praktik spiritual yang berhubungan dengan pencapaian kesucian batin.
Dewasa Ayu Miinggu, 27 April 2025
- Carik Walangati. Tidak baik untuk melakukan pernikahan/wiwaha, atiwa-tiwa/ngaben dan membangun rumah. (Alahing dewasa 3).
- Kala Empas Turun. Baik untuk menanam umbi-umbian. Tidak baik untuk membangun, memetik buah-buahan. (Alahing dewasa 4).
- Kala Jangkut. Baik untuk membuat pencar, jaring, senjata. (Alahing dewasa 4).
- Kala Luang. Baik untuk membuat terowongan, menanam ketela atau umbi-umbian. (Alahing dewasa 3).
- Kala Sudukan. Tidak baik untuk memindahkan orang sakit, menunjukkan unsur perombakan. (Alahing dewasa 3).
- Pamacekan. Baik untuk mengerjakan sawah/tegal, membuat tombak penangkap ikan. Tidak baik melaksanakan yadnya (Alahing dewasa 2).
- Patra Limutan. Baik untuk memasang guna-guna. (Alahing dewasa 2).
- Sedana Yoga. Baik untuk membuat alat berdagang, tempat berdagang, mulai berjualan karena akan murah rejeki. (Alahing dewasa 2).
- Uncal Balung. Tidak baik melakukan semua jenis perkerjaan yang dianggap penting. (Alahing dewasa 3).
- Pararasan: Laku Angin, Pancasuda: Satria Wibawa, Ekajalaresi: Suka Rahayu, Pratiti: Awidya
Kesimpulan
Ulihan dan Tilem Kedasa merupakan dua perayaan yang sangat sakral dalam tradisi Hindu di Bali, dengan masing-masing memiliki makna dan tujuan yang berbeda.
Ulihan merayakan kembalinya para Dewata ke Khayangan, sementara Tilem Kedasa adalah puncak dari proses penyucian diri dan peleburan dosa.
Kedua hari suci ini mengajak umat Hindu untuk merenung, memperbaiki diri, dan menyelaraskan hidup dengan kehendak Tuhan, sambil memohon keselamatan dan kedamaian lahir batin.
***