Mengenal Bebayuhan Tampel Bolong Lewat Yayasan Catur Dharma Sidi, Upacara Sakral, Menuju Kehidupan Lebih Baik
DENPASAR, ORTIBALI.COM – Pulau Bali menyimpan banyak seni, budaya dan ritual keagamaan yang unik. Salah satu ritual yang akrab dijumpai di Bali adalah Pebayuhan, yang berasal dari kata Bayah, yang artinya menunaikan.
Pebayuhan sendiri kerap menjadi solusi dari masalah duniawi yang dihadapi seorang umat. Salah satu jenis pebayuhan adalah Pebayuhan Tampel Bolong.
Belum lama ini pebayuhan Tampel Bolong digelar oleh Yayasan Catur Dharma Sidi bekerjasama dengan PHDI Kecamatan Baturiti dana Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi di Griya Pasek Kahuripan Padang Jerak, Desa Perean Kangin, Kecamatan Baturiti, Tabanan pada 26 Oktober 2023.
Ketua Yayasan Catur Dharma Sidi,I Ketut Artana, SH., MH menerangkan, Bebayuhan Tampel Bolong merupakan pengeruatan yang paling utama menurut Lontar Kembang Rampe Lawar Capung.
Pebayuhan Tampel Bolong bersama adalah bayuh putusing babayuhan bagi mereka yang lahir melik, bebayuhan anak tunggal, anak lahir sungsang, lahir prematur, salah wedi, telaga apit pancoran, pancoran apit telaga, panca pendawa, sanan empeg.
Ontang-anting, dan kembar buncing, dan semua kelahiran juga bisa mengikuti upacara ini termasuk bebayuhan sesuai lelintangan seperti lintang Bade, karena setiap kelahiran pasti ada unsur baik dan buruknya.
“Dalam Bebayuhan Tampel Bolong dilaksanakan upacara pamegat sorsor, serta pengruatan terhadap Sembilan Lubang dalam tubuh dengan aksara suci,” ungkap Artana yang juga seorang pinandita, mangku merajan dan mangku sangging.
Artana yang juga seorang pengacara ini menerangkan, dalam Lontar Kembang Rampe terdapat kutipan yang sakral.
Yakni Pamahayu Tampel Bolong adalah pangilanganing papa klesa, panyadma, nya mwang kadurmitania ring loka. Agung alit ika pamahayunan, manggawe kepagehaning sang hyang pramana, makadi sanghyang urip ring bhuwana, mangkana kengetakna denta presamya.
Penjabaran tentang Bebayuhan Tampel Bolong juga diungkapkan Pandita Mpu Dharmika Tenaya, juga salah satu pembina Yayasan Catur Dharma Sidi.
Ida Mpu menyebut, Bebayuhan Tampel Bolong sebagai penghapus papa atau penderita, baik yg di bawa sejak lahir, maupun kemalangan dalam hidup ini.
“Besar, kecil, Bebayuhan Tampel Bolong ini, hendaknya di lakukan pada setiap orang, yang akan menyebabkan langgeng (kekal) sang atma dan jiwa,” ungkapnya.
Ida Mpu mengatakan, upacara bersifat universal, tidak hanya kepada umat Hindu di Bali. Menurut Ida Mpu, siapa pun boleh mengikuti, tanpa melihat latar belakang agama, suku, dan sebagainya.
Untuk menentukan pebayuhan ini, panitia menjelaskan tentang Hari kelahiran.
Lahir Hari Minggu lubangnya ada di pundak, Lahir Hari Senin lubangnya di tangan, Lahir Hari Selasa lubangnya di atas payudara, Lahir Hari Rabu lubangnya ada di belakang (belikat), Lahir Hari Kamis lubangnya di pusar, Lahir Hari Jumat lubangnya di pundak sama dengan Hari Minggu, Lahir hari Sabtu lubangnya ada pada purusnya/kemaluannya.
Sementara Pembina Yayasan Catur Dharma Sidi, Ida Pandita Mpu Jaya Reka Daksa Brahmananda mengatakan, kegiatan ini merupakan sinergi Yayasan Catur Dharma Sidi dengan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi Kecamatan Baturiti.
“Upacara ini digelar massal untuk meringankan umat, agar jangan sampai mereka tidak bisa melaksanakan kewajiban upacara karena biaya,” ungkap Pandita dari Griya Natar Mekarsari, Tabanan.
Ke depan upacara massal akan terus digelar oleh Yayasan Catur Dharma Sidi, dengan tetap mengedepankan sastra yang ada, tanpa ada makna yang dihilangkan.
“Jadi tidak benar asumsi bahwa beragama Hindu itu sangat berat, dan merepotkan. Kami berharap bisa membantu umat se-Darma, hingga skala yang lebih luas,” tutupnya. ***