🔥 Tag Populer 24 Jam

balihindudewasa ayuhari baikdoa

🕒 Pencarian Terakhir

🔍
[menu_topik_slider]
Tayang: Selasa, 15 April 2025 06:21 WITA
Penulis: Febrianti Saraswati | Editor: Febrianti Saraswati

~

ORTIBALI.COM – Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan terpenting bagi umat Hindu di Bali, yang sarat dengan nilai spiritual dan kebudayaan. Momen ini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga perwujudan kemenangan kebaikan (Dharma) atas kejahatan (Adharma).

Dirayakan setiap enam bulan sekali berdasarkan penanggalan Saka (210 hari), Galungan menjadi waktu yang dinanti untuk mempererat tali persaudaraan, menjaga tradisi, dan merayakan kekayaan budaya Bali yang memesona. Apa saja tradisi unik yang menghiasi perayaan ini? Yuk, kita jelajahi enam tradisi istimewa yang membuat Galungan begitu berkesan!

1. Ngelawang Barong: Mengusir Roh Jahat dengan Kekuatan Magis

Salah satu tradisi yang paling menarik perhatian saat Galungan adalah ngelawang barong. Barong, simbol kekuatan magis dalam budaya Bali, diarak keliling desa untuk mengusir energi negatif dan menjaga keseimbangan alam. Barong bangkal, yang berwujud babi besar dengan rupa menyeramkan, menjadi bintang dalam prosesi ini. Dua penari dengan lincah menggerakkan kepala dan ekor barong, menghidupkan suasana penuh makna.

Tradisi ini bukan hanya tentang pembersihan spiritual, tetapi juga penghormatan kepada leluhur. Warga Bali percaya, ngelawang barong melindungi desa dari bahaya dan membawa kedamaian. Bagi wisatawan, pemandangan barong yang menari dari rumah ke rumah menjadi daya tarik budaya yang tak terlupakan.

2. Mapeed: Langkah Bersama Menuju Pura

Mapeed adalah tradisi yang memukau hati, di mana umat Hindu berjalan beriringan menuju pura desa sambil membawa sesajen berupa dulang berisi buah-buahan, bunga, dan hiasan janur. Prosesi ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan simbol perjalanan spiritual yang penuh makna. Barisan warga yang kompak mencerminkan solidaritas dan gotong-royong masyarakat Bali.

Dengan pakaian adat yang memukau, tradisi mapeed menarik perhatian wisatawan yang ingin menyaksikan langsung keindahan budaya Bali. Doa-doa yang dipanjatkan selama prosesi ini adalah ungkapan syukur dan harapan akan keselamatan serta keberkahan bagi seluruh umat.

3. Ngejot: Berbagi Makanan, Menjalin Toleransi

Di tengah semarak Galungan, tradisi ngejot hadir sebagai wujud kehangatan sosial. Umat Hindu Bali berbagi makanan khas, seperti nasi, lauk-pauk, dan kue tradisional, dengan tetangga—tak peduli Hindu atau non-Hindu. Tradisi ini mencerminkan toleransi dan kepedulian yang menjadi ciri khas Bali.

Ngejot bukan sekadar berbagi hidangan, tetapi juga simbol harmoni antarumat beragama. Momen ini memperkuat hubungan antarwarga, menciptakan suasana damai dan penuh kasih yang membuat Bali begitu istimewa di mata dunia.

4. Penjor Galungan: Simbol Kemakmuran dan Harapan

Tak lengkap rasanya membahas Galungan tanpa menyebut penjor. Batang bambu yang dihias dengan janur, buah-buahan, dan hasil bumi ini menjadi ikon perayaan Galungan. Dipasang sehari sebelum hari raya, pada Hari Penampahan, penjor melambangkan gunung sebagai tempat bersemayam para dewa, sekaligus simbol kemakmuran dan kemenangan.

Setiap rumah dan pura di Bali dihiasi penjor yang indah, lengkap dengan sesajen sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Proses pembuatannya melibatkan kerja sama warga, memperkuat ikatan komunitas. Bagi wisatawan, deretan penjor yang menjulang menjadi pemandangan Instagramable yang tak boleh dilewatkan!

5. Makanan Khas: Cita Rasa Penuh Makna

Galungan tak hanya memanjakan jiwa, tetapi juga lidah. Setiap keluarga menyiapkan hidangan khas, seperti tape ketan dan dodol, yang tak hanya disajikan untuk keluarga, tetapi juga digunakan sebagai sesajen di pura. Pada Hari Penampahan, penyembelihan babi menjadi bagian dari ritual persembahan, melambangkan penyucian diri dan rasa syukur.

Makanan-makanan ini bukan sekadar santapan, tetapi juga simbol kebersamaan dan penghormatan kepada tradisi leluhur. Aroma hidangan khas Galungan yang menggoda pasti membuat siapa pun ingin ikut merasakan kehangatan perayaan ini.

6. Mekotek: Tradisi Unik dari Desa Munggu

Di Desa Munggu, Kabupaten Badung, tradisi mekotek menjadi sorotan khusus. Warga desa membentuk kerucut dari kayu-kayu yang kemudian dipukul hingga menghasilkan bunyi “tek-tek”, diiringi musik gamelan yang meriah. Prosesi ini diwarnai dengan tarian dan jingkrakan yang penuh semangat.

Mekotek bukan hanya hiburan, tetapi juga ritual tolak bala untuk mengusir bencana dan mempererat hubungan antarwarga. Tradisi ini adalah bukti bahwa Galungan tak hanya soal spiritualitas, tetapi juga perjuangan bersama demi keharmonisan dan keselamatan desa.

Galungan: Lebih dari Sekadar Hari Raya

Hari Raya Galungan adalah perpaduan indah antara nilai agama, budaya, dan sosial. Bagi umat Hindu Bali, ini adalah saat untuk merayakan kemenangan Dharma, memperkuat ikatan komunitas, dan melestarikan tradisi leluhur. Dari ngelawang barong hingga penjor yang menjulang, setiap tradisi menggambarkan kekayaan budaya Bali yang tak pernah pudar.

Bagi wisatawan, Galungan adalah kesempatan emas untuk menyelami pesona Bali yang autentik. Jadi, kapan kamu akan merasakan sendiri keajaiban Hari Raya Galungan di Pulau Dewata?

***