Penulis: Widyawati | Editor: Bram Subali

📷Ilustrasi umat Hindu sedang melaksanakan persembahyangan/ ortibali
ORTIBALI.COM – Dalam kehidupan spiritual umat Hindu di Bali, mebanten atau menghaturkan canang bukan sekadar tradisi, tetapi merupakan bentuk nyata dari rasa bhakti kepada Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya. Tatacara mebanten yang dilakukan dengan benar dipercaya mampu mengundang turunnya berkah dari para Ista Dewata, membawa kebaikan tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk alam sekitar dan semua makhluk hidup.
Canang yang dihaturkan sesuai dengan arah suci atau pengider-ideran Panca Dewata akan memiliki kekuatan niskala sebagai segel spiritual. Namun, kekuatan ini akan lebih aktif jika didukung dengan unsur-unsur suci lainnya seperti mantra, tirtha (air suci), dupa, dan tentu saja sredaning manah atau kemurnian hati dan pikiran.
Langkah-Langkah Mebanten dan Mantranya
Berikut ini adalah urutan cara mebanten yang dapat dijadikan pedoman dasar. Meski bersifat umum dan universal, perlu diingat bahwa setiap desa atau keluarga bisa memiliki kebiasaan berbeda sesuai dengan konsep desa, kala, patra.
1. Menyucikan Persembahan
Sebelum menghaturkan canang atau banten lainnya, langkah pertama adalah menyucikannya.
Sikap Awal:
-
Rapatkan kedua tangan di dahi, ucapkan:
OM AWIGNAM ASTU NAMO SIDDHAM OM SIDDHIRASTU TAT ASTU ASTU SWAHA
Menggunakan Bunga:
-
Ambil sekuntum bunga, bentuk mudra amusti-karana seperti saat trisandya, lalu ucapkan:
OM PUSPA DANTA YA NAMAH SWAHA OMKARA MURCYATE PRAS PRAS PRANAMYA YA NAMAH SWAHA
Setelah mantra diucapkan, bunga dilempar ke arah persembahan sebagai simbol penyucian. Langkah berikutnya adalah menyiratkan tirtha ke atas canang sambil melafalkan mantra:
OM PRATAMA SUDHA, DWITYA SUDHA, TRITYA SUDHA, CATURTHI SUDHA, PANCAMINI SUDHA OM SUDHA SUDHA WARIASTU OM PUSPHAM SAMARPAYAMI OM DUPHAM SAMARPAYAMI OM TOYAM SAMARPAYAMI OM SARWA BAKTYAM SAMARPAYAMI
Setelah seluruh sarana dinyatakan suci, kita siap untuk melakukan mebanten secara penuh.
2. Menghaturkan Canang/Pejati
Proses utama dalam mebanten adalah menghaturkan persembahan kepada Hyang Widhi. Berikut urutannya:
Menaruh Canang:
OM TA MOLAH PANCA UPACARA GURU PADUKA YA NAMAH SWAHA
Menaruh Dupa:
ONG ANG DUPA DIPA ASTRAYA NAMAH SWAHA
Menyiratkan Tirtha ke Canang:
ONG MANG PARAMASHIWA AMERTHA YA NAMAH SWAHA
Ngayab Dupa:
OM AGNIR-AGNIR JYOTIR-JYOTIR SWAHA ONG DUPHAM SAMARPAYAMI SWAHA
Ngayab Canang:
OM DEWA-DEWI AMUKTI SUKHAM BHAWANTU NAMO NAMAH SWAHA OM SHANTI SHANTI SHANTI OM
Penutup: Kembali ke Konteks Lokal
Perlu dicatat, meskipun urutan ini merupakan tatacara mebanten dasar, bisa saja terdapat perbedaan sesuai tradisi lokal, keluarga, atau pura tertentu. Dalam hal ini, hendaknya disesuaikan dengan prinsip desa kala patra—yakni tempat, waktu, dan situasi yang berlaku.
Melalui pemahaman yang benar tentang cara menghaturkan canang, umat dapat menjalankan kewajiban spiritualnya dengan penuh rasa tulus ikhlas. Karena sejatinya, mebanten bukan soal bentuk persembahan semata, tetapi juga tentang kemurnian niat dan keharmonisan dengan alam semesta.
***