🔥 Tag Populer 24 Jam

balihindudewasa ayuhari baikdoa

🕒 Pencarian Terakhir

🔍
[menu_topik_slider]
Tayang: Sabtu, 12 April 2025 12:55 WITA
Penulis: Orti Bali

ORTIBALI.COM – Purnama Kadasa, sebuah perayaan sakral yang jatuh pada bulan kesepuluh dalam penanggalan Bali, menjadi momen istimewa bagi umat Hindu di Pulau Dewata. Berbeda dari purnama lainnya, Purnama Kadasa dianggap sebagai inti dari seluruh purnama, membawa energi spiritual yang kuat untuk penyucian jiwa dan raga. Dalam tradisi Bali, hari ini dirayakan setiap bulan penuh atau sukla paksa, menjadi waktu untuk mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa melalui berbagai ritual dan persembahan.

Kemeriahan Ritual Purnama Kadasa

Saat Purnama Kadasa tiba, pulau Bali dipenuhi suasana khidmat. Banyak pura, mulai dari sanggah kemulan, tri kahyangan desa, hingga dang kahyangan, menggelar upacara odalan. Salah satu puncaknya adalah upacara Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, yang menjadi simbol kehadiran para dewa dalam wujud suci. Menurut Lontar Sundarigama, Purnama Kadasa merupakan saat untuk menghormati Sang Hyang Sunya Amerta, manifestasi Tuhan yang menghidupkan alam semesta dan bersemayam di kahyangan.

Persembahan pada hari ini pun begitu khas. Umat mempersiapkan upakara seperti suci satu set, daksina satu, ajuman, dandanan aprangkat, serta canang wangi-wangi yang harum. Tak ketinggalan, segehan agung dan segehan sasah dengan kelengkapan seperti bawang dan jahe, dihaturkan di bawah sebagai wujud penghormatan kepada kekuatan alam. Selain itu, umat juga melaksanakan upacara prayascita luwih, panyeneng, dan toonan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin.

Makna Spiritual Purnama

Purnama secara umum adalah payogan Sang Hyang Candra, waktu ketika bulan penuh memancarkan cahaya suci. Lontar Sundarigama menyebutkan:

Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga.

Artinya, purnama adalah saat Sang Hyang Wulan (bulan) beryoga, sementara tilem adalah waktu Sang Hyang Surya (matahari) beryoga. Kedua momen ini menjadi hari penyucian bagi Sang Hyang Rwa Bhineda—dua kekuatan ilahi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, umat Hindu dianjurkan mempersembahkan canang yasa dan wangi-wangi di sanggah serta parahyangan, dilanjutkan dengan memohon tirta suci untuk membersihkan jiwa.

Dana Punia: Sedekah sebagai Jalan Kebajikan

Purnama juga menjadi waktu yang tepat untuk berbagi kebaikan melalui dana punia. Dalam Sarasamuscaya 170, dikatakan:

Amatsaryam budrih prahurdanam dharma ca samyamam, wasthitena nityam hi tyage tyasadyate subham.

Maknanya, sedekah yang dilakukan tanpa iri hati dan dengan ketulusan akan membawa keselamatan serta kebahagiaan. Hal serupa juga termaktub dalam Bhagawad Gita XVII.25:

Tat ity anabhisanshaya, phalam yajna-tapah-kriyah, dana-kriyas ca vividhah, kriyante moksa-kansibhih.

Dengan mengucap “Tat” tanpa mengharapkan imbalan, dana punia yang dilakukan akan membawa pelaku menuju moksa, kebebasan spiritual yang sejati.

Mengapa Purnama Kadasa Begitu Istimewa?

Purnama Kadasa bukan sekadar hari raya, melainkan cerminan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Ritual-ritualnya, mulai dari persembahan upakara hingga doa di parahyangan, mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan hidup. Bagi masyarakat Bali, ini adalah waktu untuk merenung, bersyukur, dan memperbarui komitmen spiritual.

Jadi, jika Anda ingin merasakan kedalaman makna Purnama Kadasa, datanglah ke Bali saat bulan penuh di bulan kesepuluh. Saksikan bagaimana pulau ini bernyanyi dalam doa, dipenuhi aroma canang dan semangat kebersamaan. Purnama Kadasa bukan hanya perayaan, tapi juga undangan untuk menemukan kedamaian batin di tengah hiruk-pikuk dunia.

Dengan memadukan tradisi, spiritualitas, dan kepekaan sosial, Purnama Kadasa tetap relevan sebagai warisan budaya yang hidup dan penuh makna.

***