Penulis: Putu Wisnu | Editor: Putu Linggih

📷Ilustrasi umat Hindu tengah berjalan di atanra Penjor Galungan/ ortibali
ORTIBALI.COM – Setiap enam bulan sekali menurut kalender Bali, umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya Galungan—sebuah perayaan besar yang sarat makna spiritual dan budaya. Salah satu simbol paling mencolok yang menghiasi momen ini adalah penjor Galungan, batang bambu melengkung yang berdiri anggun di depan rumah umat Hindu. Namun, di balik keindahan dan semarak suasana yang tercipta, tak sedikit yang bertanya-tanya: kapan sebenarnya penjor Galungan dipasang, dan kapan pula harus dicabut?
Rangkaian Galungan Dimulai dari Sugihan
Untuk memahami waktu pemasangan penjor, kita perlu melihat lebih dulu rangkaian rerahinan Galungan yang dimulai dari Sugihan. Rangkaian ini mencakup Sugihan Tenten (Rabu), Sugihan Jawa (Kamis), dan Sugihan Bali (Jumat), lalu berlanjut menuju hari puncak Galungan yang jatuh pada Buda Kliwon Dungulan.
Tiga hari sebelum Galungan, umat merayakan Penyekeban (Minggu Paing Dungulan), disusul Penyajaan (Senin Pon Dungulan), dan Penampahan Galungan (Selasa Wage Dungulan), yang menjadi momen penting dalam tradisi pemasangan penjor.
Waktu Pemasangan Penjor Galungan
Penjor Galungan dipasang pada hari Penampahan, tepat sehari sebelum Galungan tiba. Biasanya, setelah umat Hindu menyelesaikan kegiatan mebat (memasak olahan daging untuk perayaan), mereka mulai menancapkan penjor di depan rumah masing-masing.
Isian Penjor dan Filosofi Penjor
Penjor ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbol spiritual yang dalam. Terbuat dari sebatang bambu yang ujungnya melengkung, penjor dihias dengan janur (daun kelapa muda), daun enau, umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian, dan sesajen lengkap. Ujung penjor juga dihiasi dengan sampian dan porosan, serta dilengkapi sanggah penjor di bagian bawah sebagai tempat persembahan.
Secara filosofis, penjor Galungan melambangkan kemakmuran, penghormatan kepada Hyang Naga Basuki, dan wujud syukur kepada para dewata. Bahkan, tak sedikit pula yang mengaitkannya dengan simbol barong, pelindung dari kekuatan negatif yang juga diarak saat perayaan Galungan.

Serempak di Zaman Sekarang, Berbeda dengan Dulu
Menariknya, pemasangan penjor secara serentak seperti sekarang merupakan tradisi yang berkembang belakangan. Di masa lalu, tidak semua desa di Bali memasang penjor setiap Galungan. Penjor biasanya hanya dipasang saat Galungan Nadi, yaitu Galungan yang bertepatan dengan Purnama. Namun, seiring berjalannya waktu, semangat kebersamaan dan semarak perayaan membuat pemasangan penjor menjadi tradisi yang dilakukan serentak di seluruh Bali.
Kapan Penjor Galungan Dicabut?
Jika penjor dipasang sehari sebelum Galungan, lalu kapan waktunya dicabut? Jawabannya ada pada akhir rangkaian Galungan yang ditutup pada hari Pegatwakan, tepatnya Buda Kliwon Pahang.
Hari Pegatwakan menandai berakhirnya masa suci Galungan, dan menjadi momen pencabutan penjor. Tradisi ini dilakukan dengan penuh hormat, diiringi ritual dan canang sari sebelum penjor dibakar atau dibersihkan.
Selama kurun waktu dari Buda Kliwon Sungsang hingga Buda Kliwon Pahang, dikenal sebagai masa uncal balung. Di masa ini, umat Hindu di Bali tidak diperkenankan melangsungkan upacara besar seperti manusa yadnya, pitra yadnya, atau dewa yadnya, kecuali odalan dan upacara kecil seperti nyambutin atau ngotonin.
Pegatwakan: Tanda Berakhirnya Rangkaian Galungan
Secara etimologis, “pegat” berarti putus, sementara “wakan” berarti terbuka kembali. Maka dari itu, Pegatwakan dimaknai sebagai hari pembebasan dari larangan-larangan yang berlaku selama rangkaian Galungan. Mulai keesokan harinya, kegiatan upacara keagamaan sudah bisa kembali dilakukan, tentu mengikuti dewasa ayu yang berlaku.
Penjor Galungan bukan sekadar ornamen khas Bali, tetapi bagian penting dari kekayaan spiritual dan budaya masyarakat Hindu Bali. Kini, tak hanya di Bali, tradisi ini juga mulai dijalankan oleh umat Hindu di luar Bali yang ingin turut melestarikan nilai-nilai luhur warisan leluhur.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang arti, waktu pemasangan, dan pencabutan penjor Galungan, sekaligus memperkaya wawasan kita akan kearifan budaya Bali.
***