🔥 Tag Populer 24 Jam

balihindudewasa ayuhari baikbanten

🕒 Pencarian Terakhir

🔍
[menu_topik_slider]
Tayang: Senin, 12 Mei 2025 07:35 WITA
Penulis: Sumiati Wayan | Editor: Putu Linggih

ORTIBALI.COM – Di tengah derasnya arus modernisasi, masyarakat Hindu Bali tetap setia menggunakan Kalender Saka Bali sebagai panduan waktu dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan keagamaan dan adat.

Sistem penanggalan tradisional ini berbeda dengan kalender masehi yang umum digunakan secara global. Kalender Saka Bali mengandalkan perhitungan neptu, yang merupakan kombinasi dari pancawara, saptawara, sasih (bulan), dan tahun saka.

Apa Itu Sasih dalam Kalender Bali?

Dalam Kalender Saka Bali, istilah bulan dikenal dengan sebutan sasih. Total terdapat 12 sasih utama yang digunakan untuk menandai perjalanan waktu dalam satu tahun saka. Uniknya, penamaan bulan ini tidak mengikuti sistem Latin seperti Januari atau Februari, melainkan menggunakan nama-nama khas Bali yang kental akan nuansa budaya dan spiritual.

Berikut adalah daftar nama-nama sasih dalam urutan setahun penuh:

  • Kedasa (kesepuluh)
  • Desta (Jyesta)
  • Kesada (Asadha)
  • Kasa (pertama)
  • Karo (kedua)
  • Katelu (ketiga)
  • Kapat (keempat)
  • Kalima (kelima)
  • Kanem (keenam)
  • Kepitu (ketujuh)
  • Kewulu (kedelapan)
  • Kasanga (kesembilan)

Sistem Perhitungan Bulan dalam Kalender Saka Bali

Perhitungan waktu dalam Kalender Bali tidak hanya mengenal sasih candra (bulan lunar), tapi juga sasih surya (bulan solar) dan sasih wuku (mingguan). Ketiganya memiliki peran penting dalam penentuan hari-hari suci, upacara keagamaan, dan kegiatan adat lainnya.

Sasih Candra mengikuti siklus bulan dan terdiri dari 30 hari, yang dibagi menjadi dua fase:

  • Penanggal atau suklapaksa: 15 hari menuju purnama, dilambangkan dengan angka berwarna merah.
  • Panglong atau kresnakapsa: 15 hari menuju tilem (bulan mati), dilambangkan dengan angka hitam.

Penanggalan ini juga dikenal dengan istilah titi, yaitu angka dari 1 hingga 30 yang mencerminkan perjalanan bulan dari fase baru hingga gelap. Sistem ini sangat penting dalam menentukan hari-hari upacara besar di Bali seperti Galungan dan Kuningan.

Sementara itu, sasih surya memiliki durasi yang berbeda dari sasih candra, karena mengikuti peredaran matahari. Ketidaksesuaian ini membuat Kalender Saka Bali sesekali memerlukan penyesuaian berupa bulan kabisat untuk menyelaraskan perhitungan waktu antara bulan lunar dan solar.

Selain itu, sasih wuku mengacu pada siklus mingguan yang terdiri atas 30 wuku, masing-masing berdurasi tujuh hari. Nama-nama wuku ini juga digunakan untuk menentukan hari baik dalam berbagai kegiatan, mulai dari upacara pernikahan hingga membangun rumah.

Berikut adalah 30 nama wuku dalam kalender Bali:

Sinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga, Warigadean, Julungwangi, Sungsang, Dungulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Krulut, Mrakih, Tambir, Madangkungan, Matal, Uye, Manail, Perangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Klawu, Dukut, dan Watugunung.

Penutup

Kalender Saka Bali bukan sekadar sistem penanggalan, melainkan bagian dari warisan budaya dan spiritual yang diwariskan turun-temurun. Mengenal sasih dan sistem waktunya memberi pemahaman lebih dalam mengenai cara pandang masyarakat Hindu Bali terhadap waktu, alam semesta, dan keharmonisan hidup.

***